PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes
Istilah tes diambil
dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa prancis kuno
yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Adapula yang
mengartikan sebagai piring yang terbuat dari tanah.[1]
Tes merupakan suatu
alat untuk melakukan pengukuran, yaitu untuk mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek. Menurut Djemari, tes merupakan salah satu cara untuk
menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui
respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Tes dapat diartikan sebagai
sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur
tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang
dikenai tes.[2]
Menurut Drs. Amir
Daein Indrakusuma dalam bukunya Evaluasi Pendidikan mengatakan “tes
adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh
data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan
cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.”
Tes memiliki beberapa
makna, sesuai dengan ejaannya. Diantaranya;
1. Tes (sebelum ada EYD, dalam bahasa indonesia disebut
test)
Merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara atau aturan-aturan
yang ditentukan.
2. Testing
Merupakan saat ketika tes itu dilaksanakan. Dapat
juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.
3. Testee
Dalam istilah indonesia adalah responden yang sedang
mengerjakan tes.
4. Tester
Adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan
pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain tester adalah subjek
evaluasi.[3]
B. Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Tes
1.
Dilihat dari bentuk jawaban peserta didik maka tes dapat
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu;
a. Tes Tertulis
Sering disebut pencil test atau paper
test, a dalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk
tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk yaitu bentuk uraian (essay) atau
subjektif dan bentuk objektif (objektive).[4]
Tes tertulis pada umumnya tidak bisa digunakan secara efektif untuk
mengevaluasi keterampilan psikomotorik siswa. Akan tetapi tes tertulis dapat
mengevaluasi prinsip-prinsip yang menyertai keterampilan termasuk keterampilan
kognitif, afektif dan psikomotorik.[5]
1) Tes Subjektif
Pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes
bentuk essay adalah sejenis tes kemajuan belajar yang
memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri
pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa,
bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
Jumlah butir soal dalam tes uraian biasanya tidak
banyak, hanya sekitar 5-10 butir soal dalam waktu kira-kira 90- 120 menit.
Soal-soal bentuk uraian ini menuntut kemampuan peserta tes untuk dapat
mengorganisir, meginterprestasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang
dimiliki. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tes uraian menuntut peserta
untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai
daya kreativitas yang tinggi.
Berdasarkan tingkat kebebasan peserta tes untuk
menjawab soal tes uraian, secara umum tes uraian dapat dibagi menjadi dua
bentuk yaitu;
a) Tes uraian bebas (extended response test)
Merupakan bentuk tes yang memberikan kebebasan kepada
peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya
dalam menjawab soal tes. Jawaban peserta tes bersifat terbuka, fleksibel dan
tidak terstruktur. Contoh ; jelaskan alasan mengapa sistem ekonomi yang dianut
suatu negara berbeda-beda.
Peserta ujian diberi kebebasan untuk menjawab menurut
gaya bahasa dan gaya kognitifnya masing-masing, sesuai dengan kemampuan
mengingat mereka. Dengan demikian maka keterampilan mengekspresikan pikiran
dalam bentuk tertulis akan besar sekali kontribusinya dalam soal ujian tipe
seperti ini. Bentuk soal seperti ini baik untuk mengukur hasil belajar pada
tingkatan aplikasi, analisis, evaluasi dan kreativitas.
b)
Tes uraian terbatas (restricted response test)
Merupakan bentuk tes yang memberikan batasan-batasan
atau rambu-rambu tertentu kepada para peserta tes dalam menjawab soal tes.
Batasan tersebut mencakup format, isi dan ruang ligkup jawaban.[6]
Walaupun kalimat jawaban peserta didik beranekaragam, tetap harus ada
pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan
batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.[7]
Ada beberapa ragam tes uraian terbatas antara lain
ragam tes melengkapi dan tes jawaban singkat.
(1)
Tipe jawaban melengkapi
Yaitu butir soal yang memerintahkan kepeda peserta
tes untuk melengkapi kalimat dengan suatu frasa, angka atau satu formula.
(2)
Tipe jawaban singkat
Yaitu bentuk soal yang berbentuk pertenyaan yang
dapat dijawab dengan satu kata, satu frase, satu angka dan satu formula.
2) Tes Objektif
Yaitu bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban
atau respon yang harus dipilih pleh peserta didik. Jadi kemungkinan jawaban
atau respon telah disediakan oleh penyusun butir soal.[8]
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 dan 0. Disebut objektif
karena penilaiannya objektif. Siapaun yang mengoreksi tes objektif hasilnya
akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti.[9]
Secara umum ada tiga bentuk tes objektif, yaitu
a. Tipe benar salah (True-false test)
Adalah tes yang butir soalnya terdiri dari pernyataan
yang disertai dengan alternatif jawaban atau pernyataan yang benar dan yang
salah.
· Kelebihan
1. Dapat mewaklili pokok bahasan atau materi pelajaran
lebih luas
2. Mudah penyusunannya
3. Mudah diskor
4. Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta
dan hasi belajar secrara langsung, terutama yang berkaitan dengan ingatan.
· Kekurangan
1. Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan penghafalan
kembali
2. Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban
b. Tipe menjodohkan (matching)
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menunjuk tes menjodohkan (matching test) seperti memasangkan, atau
mencocokkan. Butir soal menjodohakan ditulis dalam dua kelompok yaitu
pernyataan atau stem dan kelompok jawaban.[10]
· Kelebihan
1. Baik untuk menguji hasil yang behubungan dengan
pengetahuan istilah, definisi, dan peristiwa.
2. Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal yang
berhubungan.
3. Mudah dalam penyusunan.
· Kelemahan
1. Ada kecenderungan untuk menekan ingatan saja
2. Kurang baik untuk menilai pengertian atau tafsiran.[11]
c. Tipe pilihan ganda (multiple choice)
Adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki
jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Jumlah aternatif jawaban berkisar
antara dua sampail lima. Setiap tes pilihan ganda terdiri dari dua bagian
yaitu;
1. Pernyataan atau disebut juga stem
2. Alternatif pilihan jawaban atau disebut option.
Terdapat beberapa variasi atau modifikasi dari tes pilihan
ganda, yaitu:
a) Pilihan ganda analisis hubungan antar hal
Yaitu terdiri dari dua pernyataan yang dihubungkan
oleh kata “sebab”. Jadi ada dua kemungkinan hubungan antara kedua pernyataan
tersebut, yaitu ada hubungan sebab akibat atau tidak ada hubungan sebab akibat.
b) Pilihan ganda analisis kasus
Yaitu peserta tes dihadapkan pada suatu kasus yang
disajikan dalam bentuk cerita, peristiwa atau sejenisnya. Kemudian diajukan
pertanyaan dalam bentuk melengkapi pilihan.
c) Pilihan ganda asosiasi
Struktur soalnya sama dengan melengkapi pilihan.
Perbedaanya adalah kalau pada melengkapi pilihan hanya ada satu jawaban yang
paling benar atau paling benar tapi pada melengkapi berganda justru
jawaban yang benar lebih dari satu, bisa 2,3,4.
d) Pilihan ganda dengan diagram, grafik, tabel dan
sebagainya
Bentuk soal ini mirip dengan analisis kasus, baik struktur
maupun pola pertanyaannya. Bedanya dalam tes bentuk ini tidak disajikan kasus
dalam bentuk cerita atau peristiwa tetapi dalam diagram, gambar, grafik maupun
tabel.
e) Jawaban singkat (sort answer) dan melengkapi (completion)
Tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan
kalimat dan atau angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah.
· Kelebihan
1. Sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik
berkenaan dengan fakta
2. Relatif mudah disusun
3. Menuntut peserta didik untuk mengemukkakan pendapat
dengan singkat
· Kelemahan
1. Hanya berkenaan dengan kemampuan mengingat saja
2. Dibutuhkan waktu yang lama dalam mengoreksi[12]
b. Tes Lisan
Adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam
bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya
sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yanag diberikan.
· Kelebihan
1. Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik
dalam mengemukakan pendapatnya secara lisan
2. Tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi
cukup mencatat pokok-pokok permasalahannya saja
3. Kemungkinan peserta didik akan menerka jawaban dan
spekulasi dapat dihindari
· Kelemahan
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama
2. Seringnya muncul insur subjektifitas
c. Tes perbuatan (performance test)
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang
menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk prilaku, tindakan atau perbuatan.
Lebih jauh Stignis (1994) mengemukakan “ tes tindakan adalah suatu bentuk tes
yang peserta didiknya diminta untuk melakukan kegiatan khusus dibawah
pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan
tentang kualitas hasil belajar yang didemonstrasikan.”
Misalnya untuk melihat bagaimana cara menggunakan
komputer dengan baik dan benar, guru harus menyuruh peserta didik untuk
mempraktikkan atau mendemonstrasiakn penggunaan komputer yang sesungguhnya
sesuai dengan prosedur yang baik dan benar.
Sebagaimana jenis tes lain, tes tindakanpun mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Diantaranya;
· Kelebihan
a) Tes tindakan adalah satu-satunya teknik tes yang
dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang keterampilan
b) Sangat baik digunakan untuk mencocokkan antara
pengetahuan teori dengan keterampilan praktik
c) Dalam penggunaannya, tidak mungkin peserta didik akan
mencontek
d) Guru dapat lebih mengenal masing-masing karakter
peserta didik.
· Kelemahan
a) Memakan waktu yang lama.
b) Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
c) Cepat membosankan
d) Membutuhkan syarat pendukung yang lengkap baik waktu
tenaga maupun biaya.[13]
2.
Ditinjau dari segi penyusunannya tes hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu;
a. Tes buatan guru (teacher made-test)
Yaitu tes yang telah disusun sendiri oleh guru yang akan
mempergunakan tes tersebut.[14] Tes
ini biasanya digunakan untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum. Tes
ini dimaksudkan untuk mengukur tingkast penguasaan peserta didik terhadap
materi yang sudah disampaikan guru. Untuk itu guru harus membuat soal secara
logis dan rasional mengenai pokok-pokok materi.[15]
b. Tes yang telah distandarkan (standardised
test)
Yaitu tes yang telah mengalami proses standarisasi
yakni proses validasi dan keadaan (reliability) sehingga tes
tersebut benar-benar valid dan andal untuk suatu tujuan dan bagi suatu kelompok
tertentu.
Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut
benar-benar mampu menilai apa yang harus dinilai. Tes tersebut jika digunakan
dapat mencapai sasaran sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan
kata lain merupakan alat yang jitu karena telah mengalami try-out dan
perbaikan. Dan suatu tes disebut andal atau dapat dipercaya jika tes tersebut
menunjukkan ketelitian pengukuran. Ketelitian itu berlaku untuk setiap orang
yang sama. Jika tes itu andal maka skor hasil tes yang dibuat murid itu tetap
sama.[16]
3.
Ditinjau berdasarkan jumlah peserta didik tes hasil belajar ada
dua macam, yaitu:
a. Tes perseorangan, yaitu tes yang dilakukan secara
perorangan. Guru akan berhadapan dengan seorang peserta didik.
b. Tes kelompok, yaitu tes yang diadakan secara
kelompok. Guru akan dihadapkan pada sekelompok peserta didik.[17]
4.
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa terdapat tiga
macam tes, yaitu:
a. Tes diagnostik
Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
siswa sehingga berdasarkan kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian
perlakuan yang tepat. Secara umum tes ini disebut penjajakan masuk atau dalam
istilah inggris entering behaviour test. Ini dilakukan untuk
mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dasar untuk dapat menerima pengetahuan
lanjutannya.
Oleh karena itu tes ini juga disebut prasyarat tes
atau pre request test. Tes ini juga berfungsi sebagai tes
penempatan (placement test).
b. Tes formatif
Dari arti kata form yang merupakan
dasar istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu.
Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir setiap program. Tes
ini merupakan post-test atau tes akhir program.
c. Tes sumatif
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan
setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sekelompok program yang
lebih besar. Dalam pengalaman disekolah tes formatif dapat disamakan dengan
ulangan harian sedangkan tes sumatif dapat disamakan dengan ulangan umum yang
biasanya dilaksanakan pada akhir semester.[18]
5.
Ditinjau berdasarkan aspek pengetahuan dan keterampilan maka tes
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Tes kemampuan (power test)
Prinsip tes kemampuan adalah tidak adanya batasan
waktu dalam pengerjaan tes. Jika waktu tes tidak dibatasi maka hasil tes
dapat mengungkapkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
b. Tes kecepatan (speed test)
Aspek yang diukur dalam tes kecepatan adalah
kecepatan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu pada waktu atau periode
tertentu. Pekerjaan tersebut biasanya relatif mudah karena aspek yang diukur
benar-benar kecepatan bukan aspek lain.[19]
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ,Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
Arifin, Zainal, Evaluasi
Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2012.
Nurkancana, Wayan dan
Sunartana, Evaluasi pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.
Purwanto,
Ngalim, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pembelajaran ,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009.
Sukardi, Evalusi
Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya , Jakarta Timur: Bumi Aksara,
2008.
Widyoko, Eko Putro,
Evaluasi Program Pembelajaran , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
“Tehnik Evaluasi Tes”.Oh Makalah.
November 2015. Web 20 April 2019 <http://ohmakalah.blogspot.com/2015/11/teknik-evaluasi-tes.html>
[2] Eko Putro Widoyoko,
Evaluasi Program Pembelajaran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm.
45-46
[5] Sukardi, Evaluasi
Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya (Jakarta Timur: Bumi Aksara,
2008) hlm.93
[14]
Wayan Nurkancana dan
sunartana, Evaluasi pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1986) hlm. 26
[16]
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip
dan teknik evaluasi pembelajaran (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009)
hlm. 33-34
Thanks, sukses selalu
BalasHapus